Berita UINAM

MAKASSAR – Memasuki usia ke-418 tahun, Kota Makassar kembali menegaskan jati dirinya bukan hanya sebagai kota metropolitan dengan pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur yang pesat, tetapi juga sebagai kota yang memuliakan manusia melalui pembangunan kesehatan, pendidikan, budaya, dan olahraga masyarakat. Semangat ini diwujudkan melalui narasi besar “Kota Mulia”, yang kini didorong Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Kota Makassar sebagai arah baru pembangunan sosial kota.

Ketua Bidang Organisasi KORMI Kota Makassar, Jamaluddin Jahid, menjelaskan bahwa konsep Kota Mulia menjadi pondasi untuk membangun masyarakat perkotaan yang sehat, cerdas, dan berbudaya.

“KORMI ingin menjadikan Makassar bukan hanya kota maju, tetapi kota yang memanusiakan warganya. Melalui olahraga masyarakat, pendidikan karakter, dan pelestarian budaya, kita ingin menghadirkan Kota Mulia yang hidup dalam keseharian warga,” ujarnya.

Jamaluddin mengungkapkan bahwa konsep ini berangkat dari pemikiran Aristoteles tentang polis—kota yang bertujuan menghadirkan kehidupan yang baik (eudaimonia). Di era Makassar modern, filosofi tersebut diterjemahkan sebagai kota yang adil, beradab, dan mampu memampukan setiap warga mengembangkan potensi terbaik mereka secara fisik, mental, maupun spiritual.

Menurutnya, pembangunan kota yang terlalu berorientasi pada indikator material seperti pertumbuhan ekonomi dan kemegahan infrastruktur sering kali mengabaikan dimensi kemanusiaan. “Makassar memang kota besar, tetapi kemuliaan tidak diukur dari gedung yang menjulang, melainkan dari seberapa sehat, bahagia, dan berkarakter warganya,” tegasnya.

Untuk mewujudkan visi tersebut, KORMI Makassar mengusung lima pilar utama: 1) Pro Health, 2) Pro Education, 3) Pro Culture, 4) Pro Sport Industry, 5) Pro Tourism.

Kelima pilar ini menjadi panduan dalam merancang program keolahragaan masyarakat yang selaras dengan arah pembangunan kota. Konsep ini, kata Jamaluddin, bukan hanya slogan, tetapi kerangka kerja nyata yang dibangun melalui sinergi berbagai pihak—pemerintah, swasta, lembaga pendidikan, dan komunitas masyarakat.

Di bawah kepemimpinan Andi Ryan Andrianto, KORMI Makassar berkembang pesat. Dari hanya delapan Induk Organisasi Olahraga (Inorga), kini telah bertambah menjadi 26 Inorga yang menaungi beragam cabang olahraga rekreasi. Pertumbuhan ini menandai meningkatnya partisipasi warga dalam kegiatan olahraga yang inklusif dan menyehatkan.

Berbagai kegiatan besar telah digelar, mulai dari keikutsertaan pada Festival Olahraga Nasional (Fornas) di NTB yang berhasil membawa pulang sejumlah medali, sosialisasi olahraga tradisional ke sekolah-sekolah dan kampus UNM, hingga pelaksanaan Jambore KORMI I tahun 2025.

KORMI melihat olahraga tidak hanya sebagai aktivitas fisik, tetapi juga strategi kesehatan publik dan pendidikan karakter. Melalui pilar Pro Health dan Pro Education, olahraga masyarakat seperti senam, lari bersama, hingga permainan tradisional dipandang sebagai investasi jangka panjang untuk kesehatan dan pembentukan karakter.

“Nilai-nilai seperti disiplin, kerja sama, dan integritas tumbuh dari kegiatan olahraga. Inilah bekal bagi generasi muda untuk menjadi warga yang kuat dan berakhlak,” ujar Jamaluddin.

Selain kesehatan, KORMI menempatkan olahraga sebagai sarana revitalisasi budaya dan penggerak ekonomi lokal. Melalui pilar Pro Culture dan Pro Sport Industry, olahraga tradisional seperti Ma’Raga, Mappadendang, dan Mangasing diangkat kembali sebagai identitas budaya sekaligus daya tarik ekonomi kreatif.

Festival budaya yang dikemas profesional dapat menjadi magnet wisata olahraga, membuka peluang usaha di bidang kuliner, kerajinan, hingga industri kreatif. Produksi alat olahraga tradisional seperti gasing, enggrang, atau bakiak juga berpotensi menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.

KORMI menegaskan bahwa visi besar ini memerlukan kolaborasi lintas sektor. Sinergi dengan Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Kebudayaan, perguruan tinggi, komunitas, hingga sektor swasta menjadi kunci untuk memastikan setiap program memberikan dampak nyata bagi warga.

“Semangat olahraga bukan hanya soal kompetisi, tetapi kolaborasi. Kita ingin seluruh warga Makassar menjadi bagian dari gerakan Kota Mulia,” jelasnya.

Jamaluddin menutup pernyataannya bahwa momentum HUT ke-418 Kota Makassar harus menjadi titik pijak untuk membangun peradaban kota yang lebih manusiawi. “Kemuliaan kota bukan soal umur yang panjang, tetapi sejauh mana kita menumbuhkan nilai kemanusiaan dalam setiap aspek kehidupan,” ujarnya.

Dengan menjadikan olahraga sebagai bahasa universal yang memadukan kesehatan, pendidikan, budaya, pariwisata, dan ekonomi, KORMI optimistis Makassar sedang memasuki babak baru dalam sejarahnya—sebuah kota yang bukan hanya kuat secara fisik, tetapi bermartabat, berbudaya, dan berjiwa sosial.

“Melalui lima pilar ini, KORMI tidak hanya memperingati usia kota, tetapi ikut menulis babak baru kemuliaan Makassar yang sesungguhnya,” pungkasnya.

Ditulis oleh: Jamaluddin Jahid Haneng
Ketua Bidang Organisasi KORMI Kota Makassar / Dosen PWK Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar